Perubahan Iklim Nyata disekitar Kita, Sampai Kapan Kita Mau Menutup Mata?

 

(Sumber: kompas.com)

Kita pasti sudah tidak asing lagi mendengar kata “perubahan iklim.” Namun sepertinya, masih banyak diantara kita yang masih belum mengetahui apa itu perubahan iklim. Perubahan iklim adalah perubahan pola cuaca yang terjadi dalam jangka waktu yang panjang, yang berdampak pada perubahan suhu bumi secara menyeluruh dengan dampak besar yang terjadi secara berkepanjangan. Perubahan iklim ini secara perlahan-lahan sudah mulai kita rasakan efeknya disekitar kita, meskipun terkadang luput dari perhatian kita.


Penyebab utama perubahan iklim adalah pemanasan global. Pemanasan global dapat terjadi karena konsentrasi gas-gas rumah kaca seperti Karbon dioksida, Nitrogen dioksida, dan Metana di atmosfer meningkat secara berlebihan sebagai akibat dari aktivitas manusia yang berkaitan dengan penggunaan bahan bakar fosil dan pengalihan fungsi lahan. Kegiatan tersebut akan meningkatkan konsentrasi gas-gas rumah kaca yang semakin lama akan semakin menumpuk di atmosfer kita, sehingga sinar matahari yang seharusnya dipantulkan kembali ke luar angkasa malah dipantulkan kembali ke bumi. Alhasil, bumi kita mengalami peningkatan suhu karena panas yang terjebak di dalam atmosfer. Kejadian tersebut sering disebut dengan istilah “efek rumah kaca.”


Salah satu dampak dari perubahan iklim yang nyata dan terjadi di sekitar kita adalah kita sudah jarang sekali bahkan tidak pernah melihat kunang-kunang. Saat ini, kunang-kunang mulai terancam punah sebagai akibat dari hilangnya habitat alami mereka, penggunaan pestisida, serta cahaya buatan manusia yang teralu banyak. Hal-hal tersebut diungkapkan dalam penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal BioScience dan dipimpin oleh Sara Lewis, profesor biologi di Tufts University.


Kunang-kunang membutuhkan kondisi lingkungan hidup tertentu untuk memenuhi siklus hidup mereka. Hutan-hutan yang dibabat habis untuk dijadikan kebun kelapa sawit dan pemukiman membuat kunang-kunang kehilangan tempat tinggal. Selain itu, penggunaan pestisida seperti nenicotinoid yang digunakan di Amerika Serikat untuk memperkuat biji jagung dan kedelai juga akan menjadi ancaman serius bagi kunang-kunang. Kunang-kunang menghabiskan fase awal dalam hidupnya sebagai larva yang hidup di bawah tanah atau bawah air. Fase tersebut akan berlangsung hingga dua tahun dan membuat larva kunang-kunang rentan bersentuhan dengan pestisida. Di Indonesia sendiri, kunang-kunang secara perlahan akan meninggalkan kawasan pertanian yang sudah kering, tercemar, dan menggunakan pestisida untuk pertaniannya. Hal ini disebabkan karena kunang-kunang hidup di areal persawahan atau hutan yang memiliki air bersih serta udara bersih dengan suhu sekitar 18-25°C. 


Kunang-kunang tidak dapat hidup dalam lingkungan yang memiliki banyak cahaya. Cahaya yang dimaksud disini adalah cahaya buatan manusia seperti lampu, papan iklan, serta skyglow. Skyglow adalah pencahayaan dimalam hari yang dapat menyebar dan tampak lebih terang daripada bulan purnama. Avalon Owens, seorang kandidat PhD dibidang biologi dari Tufts University yang juga terlibat dalam studi, mengatakan bahwa polusi cahaya dapat benar-benar mengacaukan ritual kawin kunang-kunang. Hal tersebut dapat terjadi karena kunang-kunang bergantung pada kemampuan diri mereka untuk bercahaya dalam mencari dan menarik perhatian pasangan. 


Apa yang terjadi pada kunang-kunang seharusnya dapat membuka mata dan hati kita bahwa bumi yang kita tinggali sedang tidak baik-baik saja. Kepunahan kunang-kunang menjadi teguran bagi kita bahwa perubahan iklim nyata efeknya dan terjadi pada hal-hal di sekeliling kita, yang luput dari perhatian kita. Kita harus segera mengambil tindakan agar dampak perubahan iklim dapat diminimalisir. Tindakan yang dilakukan tidak harus selalu besar, melainkan dimulai dari diri sendiri terlebih dahulu dan dimulai dari hal-hal kecil secara konsisten. Hal-hal yang dapat kita lakukan adalah menanam pohon, tidak boros menggunakan air dan listrik, membuang sampah pada tempatnya, mengurangi penggunaan plastik, dan masih banyak lagi. 


Yuk, mulai dari sekarang kita perangi perubahan iklim!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makalah Ilmu Budaya Dasar: Manusia dan Harapan

Makalah Ilmu Budaya Dasar: Manusia dan Keindahan